Kereta api eksekutif adalah kereta penumpang yang dilengkapi dengan AC (Air Conditioner). Kereta api eksekutif juga menyediakan sarana hiburan selama dalam perjalanan berupa tayangan audio/video (Show On Rail). Selain sarana hiburan, penumpang dapat juga memesan makanan dan minuman
sesuai dengan menu pilihan yang disediakan dan bisa dinikmati baik di
tempat duduk masing-masing maupun di kereta restorasi (kereta makan)
yang didesain sebagai mini bar yang dilengkapi dengan fasilitas untuk
berkaraoke.
Kereta api ini pada umumnya ditarik lokomotif besar seperti CC201, CC203, dan CC204. Namun kini, CC206 ditugaskan untuk menggantikan lokomotif-lokomotif tersebut semenjak CC204 mulai berdinas di Sumatera Selatan.
Kereta eksekutif dibagi menjadi tiga, yaitu kereta kelas argo, kelas satwa, dan kelas campuran.
Daftar isi
Kelas Argo
Peta jalur kereta api kelas eksekutif Argo. Masih ada nama Argo Gede dan belum ada Argo Parahyangan (penggantinya).
Kelas Argo, merupakan kelas layanan tertinggi PT Kereta Api Indonesia (Persero), yaitu dengan kereta penumpang berkapasitas 50/52 orang per kereta. Penamaan kereta argo sebagian besar menggunakan nama gunung yang berada dekat dengan kota tujuan kereta tersebut. Misalnya, kereta api Argo Bromo Anggrek tujuan Surabaya, gunung Bromo tidak jauh dengan kota Surabaya, kereta api Argo Wilis tujuan Surabaya, gunung Wilis tidak jauh dengan kota Madiun, kereta api Argo Muria tujuan Semarang, gunung Muria tidak jauh dengan kota Semarang, kereta api Argo Sindoro tujuan Semarang, gunung Sindoro tidak jauh dengan kota Semarang,. Begitu pula dengan kereta api Argo Lawu tujuan Solo, Gunung Lawu tidak jauh dengan kota Solo.
Pengecualian berlaku untuk kereta api Argo Jati, Argo Parahyangan, dan Argo Dwipangga, karena tidak menggunakan nama gunung. Argo Jati menggunakan nama yang berasal dari sosok Walisongo, Sunan Gunung Jati, sedangkan Argo Parahyangan sebenarnya merupakan gabungan dari nama Argo Gede dan Parahyangan. Nama Dwipangga sebenarnya berarti gajah.
Kereta api Argo Lawu bersama kereta api kelas Argo lainnya diangkat menjadi lagu campur sari karya Cak Diqin, "Sepur Argo Lawu".[1] Pada lagu tersebut disebutkan nama Argo Lawu, Argo Dwipangga, Argo Wilis, Argo Muria, Argo Bromo Anggrek, dan Sri Tanjung.
Sejarah
Kelas argo mulai ada sejak era KA Argo Bromo dan KA Argo Gede, juga
munculnya Argo Lawu pada tahun 1995. Kemudian KA Argo-Argo baru mulai
diluncurkan. KA Argo Bromo diganti dengan KA Argo Bromo Anggrek dan KA
Argo Muria lahir pada 1997, lalu muncullah Argo Dwipangga dan Argo Wilis
pada 1998. Kemudian KA Argo Muria 1 menjadi Argo Sindoro, dan lahir
juga KA Argo Jati pada 2007.
Kereta dan fasilitas
KA Argo menggunakan KA terbaik dari INKA, yang dibuat antara tahun
1995 untuk KA Argo Bromo (sekarang menjadi milik KA Bima) dan Argo Gede
(sekarang menjadi milik KA Argo Jati yang akhirnya menjadi milik KA
Cirebon Ekspres), 1996 untuk KA Argo Lawu (sekarang dialokasikan juga ke
KA Argo Dwipangga, Taksaka, dan Sancaka), 1997 untuk KA Argo Bromo
Anggrek dan KA Argo Muria, 1998 untuk KA Argo Wilis dan KA Argo
Dwipangga, 2001 untuk KA Argo Bromo Anggrek dan Argo Muria, 2002 untuk
KA Argo Muria dan Sindoro, dan Argo Gede (sekarang Argo Parahyangan),
2008 untuk KA Argo Lawu, dan 2010 untuk KA New Argo Jati. KA Argo
aslinya memiliki fasilitas yang lebih baik dari KA eksekutif satwa
maupun campuran, tetapi sekarang semua KA eksekutif pelayanannya sama
saja, perbedaan hanya tidak adanya TV di beberapa KA eksekutif campuran.
Kelas satwa dan campuran
Sedangkan kelas satwa berada di bawah kelas argo. Kereta kelas satwa
berkapasitas 52 orang setiap gerbongnya, meskipun sekarang kapasitasnya
telah menjadi 50 orang per gerbongnya. Penamaan kereta ini menggunakan
nama-nama satwa ataupun nama tokoh-tokoh dalam legenda Indonesia. Seperti, Gajayana, Sembrani, Turangga, Bima, Taksaka dan Bangunkarta.
Kelas campuran berada di bawah kelas argo dan satwa. Selain itu, KA
eksekutif campuran dicampur dengan KA bisnis/ekonomi/keduanya. Awalnya
berkapasitas 52 penumpang per gerbongnya dan sekarang berubah menjadi 50
penumpang per gerbongnya. Contohnya adalah KA Lodaya, Gumarang, Cirebon
Ekspres, dan sebagainya.
Pengoperasian dan fasilitas
Pelayanan kelas argo di atas yang lain, seperti TV, meja makan, pintu
otomatis, dan terkadang jendela pesawat dan rak bagasi seperti pesawat.
Sedangkan kelas satwa, meja makan bisa ada atau tidak. Di kelas
campuran, tidak ada meja makan dan TV, serta pintu model geser. Untuk
mengetahui kelas KA eksekutif, dapat dilihat dari skema warna kereta.
Meskipun begitu, pelayanan KA eksekutif argo, satwa, dan campuran
sekarang sama saja, dan semua KA eksekutif yang baru menjalani perawatan
di Balai Yasa dicat dengan skema kelas argo, apapun tipe KA
eksekutifnya. (kereta yang dulunya dicat warna campuran, dan sekarang
dicat warna argo, bisa dilihat di kereta-kereta seperti Lodaya, Malabar,
Cirebon Ekspres, dll.). Namun semua kereta eksekutif mulai dicat dengan
livery seperti yang ada pada KA Jayabaya, dengan pintu berwarna biru.
Setiap kereta memiliki setidaknya satu atau dua toilet di dekat pintu masuk keluar kereta. Di dalam kereta juga ada fasiltas keselamatan, seperti tabung pemadam kebakaran ataupun emergency brake (rem darurat). Ada pula fasilitas lain seperti lampu baca di setiap kursi.
Peremajaan
Pada tahun 2014, KAI merencanakan pembelian gerbong eksekutif dan gerbong ekonomi AC baru buatan PT Inka Madiun[2] setelah sukses dengan peresmian kereta ekonomi AC Jayabaya.
Rangkaian gerbong eksekutif baru ini menggantikan gerbong eksekutif
yang sudah tidak layak pakai karena sudah sangat tua dan sering
bermasalah. Ada pula gerbong retrofit, namun gerbong retrofit ini
benar-benar seperti baru dan merupakan hasil mengubah kereta kelas
bisnis menjadi kelas eksekutif, seperti mengganti kaca jendelanya,
memasang AC-nya, memperindah interiornya, memperbaiki sistem toiletnya,
atau mengganti tempat duduknya, misalnya seperti yang ada di kereta api Cirebon Ekspres baru.[3]
Penomoran
Salah satu rangkaian kereta api eksekutif Gajayana
Format penomoran untuk kereta kelas eksekutif yaitu K1-xxyzz. Artinya, K1 adalah gerbong eksekutif, xx adalah tahun mulai operasi, y adalah jenis bogie, dan zz (nomor urut). Misalnya: K1-97901 artinya kereta kelas 1 (eksekutif) yang mulai dinas tahun 1997 dengan jenis bogie '9' urutan ke 01 ditambah dua atau tiga alfabet yang artinya kereta itu milik dipo tertentu.
Dengan berlakunya Peraturan Menteri Perhubungan No. KM 45 Tahun 2010, penomoran diubah. Semua gerbong menggunakan format penomoran K1 x yy zz. Artinya, K1 adalah gerbong eksekutif, x
adalah jenis penarik: 0 untuk lokomotif, 1 untuk Kereta Rel Listrik, 2
untuk Kereta Rel Diesel Elektrik, serta 3 untuk Kereta Rel Diesel
Hidraulik; yy adalah tahun operasi, dan zz adalah nomor urut operasi. Contoh: K1 0 97 01,
artinya gerbong eksekutif yang ditarik lokomotif (0) mulai dinas tahun
1997 (97), dan memiliki nomor urut 01 dan diikuti dua atau tiga huruf
alfabet yang menandakan kepemilikan dipo.
Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Kereta_api_eksekutif
Tidak ada komentar:
Posting Komentar